Tutup Iklan X

Masyarakat Boyolangu Hidupkan Tradisi Pelkudukan Guna Usir Pageblog

Ilustrasi Pelkudugkan atau Perapian Sebagai Tradisi Masyarakat Boyolangu Untuk Tolak Balak. (Foto: Istimewa/ Ikhwan/ Banyuwangi Hits)
Ilustrasi Pelkudugkan atau Perapian Sebagai Tradisi Masyarakat Boyolangu Untuk Tolak Balak. (Foto: Istimewa/ Ikhwan/ Banyuwangi Hits)

BANYUWANGI, Banyuwangihits – Masyarakat Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri menghidupkan tradisi lama guna mengusir pagebluk. Tradisi itu bernama Pelkudukan yang berupa perapian yang ditempatkan didepan rumah.

Ketua adat kelurahan setempat, Abdallah mengatakan hingga kini tradisi ini cukup rutin dilakukan masyarakat. Saat pandemi Covid-19 seperti ini hampir setiap orang menyalakan perapian didepan rumahnya.

“Meskipun biasanya hanya satu atau dua orang saja, tetapi saat ini cukup banyak masyarakat yang melakukan tradisi ini.

Tradisi ini menjadi salah satu cara leluhur suku Osing saat ada wabah atau pagebluk, biasanya ditandai dengan banyak orang meninggal,” katanya, Senin (19/7/2021).

Dia mengungkapkan bila tradisi ini sudah menjadi warisan turun temurun oleh leluhur suku yang mendiami ujung timur pulau Jawa yakni suku Osing, Banyuwangi.

“Memang sudah sejak nenek moyang suku Osing dulu saat ada wabah atau pagebluk melanda, kita disuruh membuat api didepan rumah lalu ditaburi garam dan dibacakan basmalah sebanyak 21 kali, sholawat 21 kali dan ayat kursi sebanyak 21 kali,” ujarnya.

Masyarakat Osing meyakini garam adalah media tolak balak yang cukup efektif dan sering digunakan dalam menjalankan tradisi leluhur. Sehingga harapannya wabah ini bisa segera berlalu.

“Garam itu kan termasuk tolak, biasanya juga kan digunakan saat nyarang hujan gitu-gitu juga. Harapannya adalah semoga wabah atau pagebluk ini segera berlalu sehingga kita bisa hidup aman dan nyaman,” imbuhnya. (Ikhwan/Her)


Berita Terkait

Tidak ada berita terkait yang ditemukan ...