Tutup Iklan X

Semangat Penyandang Disabilitas di Banyuwangi Belajar Menjadi Barista

Muhammad Emir Yusuf Pelatih Barista Mengenalkan Jenis-jenis Kopi Kepada Peserta Pelatihan Barista Penyandang Disabilitas (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)
Muhammad Emir Yusuf Pelatih Barista Mengenalkan Jenis-jenis Kopi Kepada Peserta Pelatihan Barista Penyandang Disabilitas (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)

BANYUWANGI, Banyuwangihits- Deru mesin pengolahan kopi, pagi itu menggema di aula Kantor Kecamatan Banyuwangi kota, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Sekelompok pemuda dengan serius terus mengamati proses pengolaan kopi dengan menggunakan mesin tersebut.

Mereka adalah belasan pemuda dari kelompok disabilitas yang ada di Banyuwangi, yang mengikuti pelatihan menjadi barista. Dalam pelatihan itu, mereka dibimbinng oleh sejumlah pelatih yang sudah berpengalaman di bidang kopi.

Para kelompok disabilitas ini nampak sangat antusias sekali untuk mengikuti pelatihan  itu, yang merupakan sesi teknik mengolah kopi mentah menjadi kopi yang sudah matang untuk nantinya diracik menjadi kopi siap minum.

Bahkan melalui penerjemahnya, mereka tidak sungkan untuk menanyakan setiap sesi pelatihan jika ada yang tidak faham. Mereka harus menggunakan penerjemah karena mereka dari kelompok disabilitas penyadang tuna rungu dan  tuna wicara.

Sehingga untuk  bisa menangkap setiap sesi pelatihan membutuhkan pendamping atau penerjemah. Hal itu untuk mempermuda komunikasi antara peserta dan pelatih kopi.

Salah satu peserta pelatihan barista kopi dari penyandang tuna wicara Shafira Sayu Salsabila, mengaku sangat senang mempunyai kesempatan bisa belajar menjadi barista kopi. Sebab dia mengakui, kesempatan tersebut sangat sulit didapatkan bagi pemuda seperti dia yang mempunyai kebutuhan khusus.

“Alhamdulillah saya sangat bersyukur bisa mengikuti pelatihan barista ini, karena jarang sekali ada pelatihan seperti ini yang khusus untuk penyandang disabilitas. Makanya saya harus benar-benar memanfaatkan pelatihan ini semaksimal mungkin, “ujur Shafira Sayu Salsabila melalui penerjemahnya.

Bella sapaan akrab Shafira Sayu Salsabila mengaku, awalnya  kesulitan untuk mengikuti pelatihan barista ini. Sebab selain harus menggunakan penerjemah,  istilah- istilah yang  harus difahami juga banyak menggunakan bahasa inggris yang dia tidak mengerti. Namun  pada akhirnya para pelatihnya, mengartikan istilah tentang kopi yang sulit difahami tersebut. Sehingga kata Bella, dia dan teman- temnya yang lain mulai bisa mengerti.

“Awal pelatihan saya sempat kesulitan, karena  saya memang sangat awam sekali dengan kopi, sehingga perlu kerja keras untuk memahaminya. Terlebih lagi istilah dalam kopi tersebut banyak juga yang menggunakan bahasa inggris, sedangkan saya minim sekali pengetahuan bahasa inggris. Tapi dengan sabar pelatih mengajari dan menerjemahkan istilah itu, sehingga saya dan teman-teman benar-benar memahaminya,” tambah Bella

Bella menargetkan, setelah pelatihan barista ini dia bisa membuka kedai kopi. Sehingga selain bisa menyalurkan ilmu yang  dia dapat, juga bisa menopang perekonomian keluaraganya,” Cita-cita saya setelah pelatihan ini ingin mendirikan kedai kopi lah meski kecil-kecilan. Mudah-mudahan saja dapat modal, selain bisa menyalurkan ilmu yang saya dapat juga dapat membantu keluarga hasilnya nanti,” kata Bella sambil tertawa

Peserta Pelatihan Barista dari Kalangan Penyandang Disabilitas Antusian mengamati Pengolahan Kopi Dengan Menggunakan Mesin. (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)
Peserta Pelatihan Barista dari Kalangan Penyandang Disabilitas Antusian mengamati Pengolahan Kopi Dengan Menggunakan Mesin. (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)

Sementara itu Ketua Kelas Kopi Tuli Aura Moca yang sekaligus penggagas pelatihan barista untuk penyandang disabilitas di Banyuwangi, Novian Darma Putra mengatakan,  tujuan dibukanya pelatihan barista ini, untuk menciptakan peluang pekerjaan bagi para penyandang disabilitas di Banyuwangi. Sebab  banyak penyandang disabilitas di Banyuwangi yang tidak bekerja.

“Tujuan saya mengadakan pelatihan ini sederhana, agar teman-teman dari kalangan disabilitas ini bisa bekerja dan mandiri. Karena kenyataanya selama ini masih banyak sekali  teman-teman dari kalangan disabilitas yang masih menganggur.  Kita Lihat saja dari data yang saya peroleh, ada sekitar 1000 orang penyandang disabilitas di Banyuwangi  yang memasuki usia kerja dengan berbagai golongan divabel. Tapi dari jumlah itu, mungkin tidak sampai 2 persenya yang telah mempunyai pekerjaan,”ujur Novian Darma Putra

Untuk khusus pelatihan barista ini diakui memang tidak bisa melibatkan dari seluruh kalangan penyandang disabilitas. Hanya penyandang divabel dari kalangan tuna runggu dan tuna wicara saja yang bisa mengikuti. Karena  untuk menjadi barista ini dibutuhkan indra pengelihatan dan penciuman yang bagus untuk mengenali jenis-jenis kopi.

“Kami tidak bisa melibatkan teman-teman penyandang disabilitas dari seluruh golongan. Hanya penyandang  tuna rungu dan tuna wicara saja. Karena pelatihan barista ini membutuhan indra pengelihatan. Sedangkan untuk penyandang disabilitas dari  golongan lainya, seperti tuna netra, tuna grahita dan yang lainya, akan ada pelatihan di bidang lainya,”kata Novian.

Ada sejumlah tahapan untuk melatih para penyandang disabilitas. Agar hasilnya lebih maksimal, tahap awal Novian, mengajak kalangan disablitas tuna rungu ke kebun kopi yang berada di daerah Desa Gombengsari, Kecamatan Kalipuro. Di kebun kopi itu, mereka dikenalkan berbagai jenis kopi. Mereka juga dikenalkan cara menyangrai kopi, baik yang menggunakan cara manual, maupun yang menggunakan mesin.

“Agar mendapatkan cita rasa yang pas, mereka juga kita minta untuk mecicipi biji kopi yang telah disangrai. Hal itu, untuk mengenali rasa dari berbagai jenis kopi yang ada. Untuk tahap akhir para calon barista itu akan kami latih teknis penyeduhan yang benar hingga proses penyajian yang benar juga,”tambah Novian

Kata Novian tantangan untuk mencetak kalangan divabel menjadi barista handal dan menghasilkan cita rasa tinggi cukup berat. Sebab dalam setiap praktenya untuk menjelaskan materi dan teori, harus selalu didampingi seorang penerjemah. Sehingga membutuhkan kesabaran tersendiri.

“Kendala saat mengajari para divabel, perlunya bantuan penerjemah tapi itu bisa berdampak positif juga bagi saya, sehingga saya mau tidak mau juga harus belajar bahasa isyarat untuk bisa berkomunikasi dengan mereka (Peserta pelatihan barista). Tapi pada akhrinya sudah terbiasa,”ujur Novian Darma Putra.

Meski menemui beberapa kendala dan tantangan yang tida mudah, namun Novian mengaku, semangat peserta untuk belajar barista sangat tinggi. Karena kata dia para divabel butuh ruang untuk mengekspresikan kemampuan mereka yang selama ini sering diremehkan. Terlebih mereka tidak bisa masuk disemua jenis pekerjaan yang ada di instansi pemerintahan.

Dengan adanya keahlian khusus untuk menjadi barista profesional, diharapkan penyandang disabilitas ini bisa membuka peluang usaha sendiri bahkan justru menciptakan peluang pekerjaan. ” Saya berharap dengan keahlian yang dia miliki sebagai barista nantinya dengan keterbatasan yang dimilikinya bisa mempunyai usaha sendiri dan mandiri ,”kata Novian

Pelatihan Barista Yang Diikuti Oleh Penyandang Disabilitas di Banyuwangi. (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)
Pelatihan Barista Yang Diikuti Oleh Penyandang Disabilitas di Banyuwangi. (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)

Pengamat Kopi yang juga sebagai pelatih dalam pelatihan barista khsusu disalibilitas dari Kopi Sahabat Banyuwangi, Muhammad Emir Yusuf mengaku, melatih para penyadang disabilitas untuk mengenali kopi memang membutuhkan tenaga ekstra. Karena selain harus ada penerjema, pemahaman mereka tentang kopi juga masih sangat minim. Terlebih lagi untuk memahami istilah di kopi yang menggunaman bahasa asing seperti bahasa inggris.

“Memang awalnya  harus membutuhkan kerja ekstara ya, karena pengetahuan mereka tentang kopi cukup minim. Tapi kemauan mereka  sangat tinggi sehingga semangat juga saya. Untuk istilah kopi yang sulit ditangkap peserta pelatihan kita terjemahkan lebih sederhana sehingga mereka bisa memahaminya,”ujur  Emir sapaan akrab Muhammad Emir Yusuf

Emir mengatakan, dalam perkembangan pelatihan barista ini, sebenarnya para penyandang disabilitas tersebut lebih cocok untuk diarahkan menjadi  kuantitas Kontrol kopi. Preofesi yang lebih fokus pada menciipi cita rasa kopi. Karena bakat peserta pelatihan barista dari penyandang disabilitas ini lebih mengarah ke kuantitas kontrol kopi .

“Peserta pelatihan ini sebenarnya lebih terarah ke Kuantitas kontrol kopi dari pada menjadi barista. Karena indra penciuman mereka tentang kopi sangat bagus sekali. Jika ditarik  dengan peluang pekerjaan apakah ada di Banyuwangi?  Pasti ada di Banyuwangi banyak cafe atau kedai kopi yang membutuhkan profesi itu untuk bisa mendapatkan kualitas kopi yang baik untuk dijual,”tambah Emir

Emir menambahkan, pada dasarnya untuk melatih penyandang disabilitas untuk menjadi barista tidak begitu sulit. Karena sama dengan  peserta pelatihan pada umumnya. Sehingga jika ada kemauan yang kuat pasti akan bisa menjadi barista profesional

Pemerhati  Disabilitas dari Komunitas Advokasi Disabilitas Aura Lentera Banyuwangi, Indah Cahyaningrum mengatakan,  para penyandang disabilitas tersebut memang perlu banyak mendapatkan  pelatihan.  Yang tujuanya agar mereka bisa mandiri untuk menjalani kehidupan sehari- harinya.

“Pelatihan Semacam ini memang perlu didapatkan bagi para penyandang disabilitas. Sebab mereka selamama ini masih minim mendapatkan pelatihan, apalagi pelatihan barista. Mentok terkedang mereka hanya mendapatkan pelatihan keterampilan memijat saja sehingga terkadang keahlian mereka yang hanya itu-itu saja,”ujur Indah

Pelatihan sebagai barista ini baru pertama kali bagi para penyandang disabilitas di Banyuwangi. Makanya mereka sangat antusias  meski pesertanya hanya terbatas pada penyandang tuna runggu dan tuna wicara akan tetapi terobosan ini cukup bagus.

“Di Banyuwangi sendiri teman-teman penyandang disabilitas tuna rungu dan wicara cukup banyak sehingga jika mereka mendapatkan pelatihan yang sama saya yakin peluang pekerjaan bagi mereka juga sangat tinggi  karena jika menjadi barista ini juga bisa membuka usaha sendiri,”Tambah Indah

Indah berharap tidak hanya sebatas barista saja, akan tetapi pelatihan lainya, seperti palatihan membuat kuwe dan pelatihan lainya juga ada. Sehingga semakin banyak peluang pekerjaan untuk kalangan penyandang disablitas di Banyuwangi. “Saya berharap pelatihan ini tidak sebatas  pelatihan barista saja tapi pelatihan lainya juga ada. Saya yakin nantinya akan berdampak  lebih baik bagi teman –teman penyandang disablitas di Banyuwangi,”taka Indah Cahyaningrum

Menjadi seorang barista di kabupaten Banyuwangi akan menjadi peluang masa depan yang sangat menjanjikan. Salah satunya peluang bagi kalangan divabel. Karena para pecinta kopi di Banyuwangi  sangat fantastis, karena hampir dari semua kalangan menjadi konsumen penikmat kopi.

Peluang itu  juga didukung adanya jaminan stok kopi di Banyuwangi yang sangat melimpah. Bahkan diprediks, produksi kopi dari seluruh perkebunan di Banyuwangi mencapai lebih dari 3.900 ton. Melimpahnya kopi menjadikan kabupaten yang sektor pariwisatanya sangat maju ini, mengekspor hasil pertanian kopinya. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor kopi asal kota gandrung ini, diantaranya Negara Italia, Amerika, Jepang dan Qatar. (Hermawan)


Berita Terkait

Tidak ada berita terkait yang ditemukan ...