Penambang Belerang Tewas, HPI Desak TWA Kawah Ijen Perhatikan Keselamatan Wisatawan

BANYUWANGIHITS.ID – Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Banyuwangi mendesak pengelola Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen untuk memperhatikan protokol keselamatan bagi wisatawan. Desakan itu disampaikan sebagai buntut dari tewasnya seorang penambang belerang di Kawah Ijen pada Selasa malam (30/8).
Tewasnya Tohari (46 tahun), penambang belerang Kawah Ijen mengundang keprihatinan dari HPI Banyuwangi. HPI menilai, kematian warga Dusun Andong, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi harus mendapatkan perhatian serius dari pihak terkait. Sebab, lokasi kejadian berada di area sublimasasi penambangan belerang di TWA Kawah Ijen.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) HPI Kabupaten Banyuwangi, Andika Rahmat Hidayat mengatakan bahwa kejadian tersebut seharusnya membuat stakeholder pariwisata di kawasan Kawah Ijen semakin mengerti akan pentingnya keselamatan bagi wisatawan yang berkunjung ke TWA Kawah Ijen. Terutama bagi pengunjung yang ingin menyaksikan fenomena blue fire pada tengah malam hingga dini hari. Apalagi, dengan masifnya promosi yang dilakukan untuk mengenalkan keindahan blue fire kepada dunia.
“Namun promosi ini tidak dibarengi dengan informasi tentang bahaya dan resiko yang akan dihadapi,” katanya.
Menurut Andika, mitigasi evakuasi bencana juga diperlukan. Bahkan harus dipatuhi oleh stakeholder yang beroperasi di kawasan Kawah Ijen. DPC HPI Banyuwangi sudah menyampaikan pentingnya mitigasi evakuasi bencana itu pada saat pertemuan stakeholder pariwisata di Pelinggihan Disbudpar Kabupaten Banyuwangi, beberapa waktu lalu.
“Semoga ada tindak lanjut, sehingga bisa meminimalisasi kemungkinan kecelakaan yang terjadi di kawasan TWA Kawah Ijen,” terangnya.
Seperti telah diberitakan sebelumnya bahwa dampak dari kecelakaan kerja yang dialami Tohari sangat mengerikan. Korban mengalami luka bakar di sekujur tubuhnya hingga 90 persen. Bagian tubuh depan, wajah, dada, tangan, perut, dan paha koran menderita luka bakar sangat parah. Akibat kejadian pada Selasa malam (30/8) pukul 19.30 WIB itu, Tohari meninggal dunia di tempat kejadian perkara (TKP).
Keterangan Kasi Humas Polresta Banyuwangi, Iptu Moch Agus Winarto menyebutkan, kejadian naas itu berawal saat korban akan memadamkan api yang membakar belerang hasil produksinya. Tohari hendak menyiramkan air, namun tiba-tiba asap tebal belerang mengarah kepadanya. Korban yang panik berusaha menghindar, tetapi kaki korban terpeleset hingga berakibat fatal. Tubuh korban jatuh tengkurap dalam kobaran api panas blue fire.
“Setelah berhasil dievakuasi, korban sempat dibawa ke RSUD Blambangan untuk diotopsi,” ungkap Agus.
Agus mengungkapkan, hasil otopsi menyebutkan luka bakar di tubuh Tohari mencapai 90 persen. Ada beberapa faktor penyebabnya, yaitu akibat asap belerang yang sangat tebal. Kemudian minimnya alat keselamatan dan penerangan di lokasi kejadian.
“Perlu adanya peningkatan peralatan keselamatan maupun penerangan di lokasi,” ujarnya.
Pendapat senada disampaikan oleh Albert, pemandu wisata dari HPI Banyuwangi. Dikatakan, pihak pengelola pertambangan harus memperhatikan tentang standarisasi peralatan yang dipakai penambang. Seperti gas masker yang layak dan lain-lain. Sebab, itu murni kecelakaan kerja yang disebabkan oleh gas masker yang bocor. Mungkin disebabkan bagian filter sudah kedaluwarsa. Apalagi tanda ada kacamata pelindung.
“Sebenarnya almarhum Bapak Tohari terjebak asap ketika hendak memadamkan api yang keluar pada waktu sebelum pendakian blue fire dibuka. Nah ketika naik, angin ke arah beliau dan lama tidak berpindah,” kisah guide yang sering mengantar wisatawan mancanegara mendaki Kawah Ijen itu. (RED/YAT)