Potensi Perubahan Garis Pantai Banyuwangi, Berikut Penjelasan Ahli.

BANYUWANGI, Banyuwangihits – Potensi terjadinya perubahan garis pantai di tahun 2025 akan datang di Banyuwangi menjadi kajian cukup serius dari sejumlah kalangan.
Akademisi dari Politeknik Negeri Banyuwangi dan Bappeda Banyuwangi sebelumnya telah melakukan kajian mengenai dampak perubahan iklim yang berpotensi merubah garis pantai di Banyuwangi. Perubahan iklim global tersebut menjadikan naiknya permukaan air laut yang berpotensi akan menenggelamkan dan mempersempit kawasan daratan.
“Setidaknya ada dua macam perubahan garis pantai. Yang pertama garis pantai mengalami kemunduran yang biasa disebut abrasi. Dan yang kedua garis pantai semakin menjorok kelautan yang disebut dengan sedimentasi atau akresi,” ucap Ketua Tim Penelitian, Zulis Erwanto.
Berdasarkan hasil analisis resiko perubahan garis pantai Kabupaten Banyuwangi tahun 2025, daerah yang memiliki resiko sangat tinggi hampir merata mulai Kecamatan Pesanggaran, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, hingga kawasan pesisir Banyuwangi kota.
“Seperti pantai Pulau Merah, Grajagan, Teluk Pang Pang, Pantai Cemara, Pantai Boom hingga Pantai Cacalan,” tandasnya.
Sementara itu Kasi Pencegahan BPBD Banyuwangi, Yusuf Arif mengatakan terkait dengan prediksi akademisi Politeknik Negeri Banyuwangi, hal tersebut memang sangat mungkin terjadi. Penyebab perubahan garis pantai sebagaimana kajian dari akademisi Politeknik Negeri Banyuwangi tersebut sangat logis, yakni karena aktivitas di daerah sekitar garis pantai hingga perubahan yang terjadi akibat perubahan iklim global.
“Berdasarkan kajian dan konservasi tersebut diberikan beberapa rekomendasi dan upaya konservasi untuk mencegah dan meminimalisir perubahan garis pantai di wilayah Banyuwangi, yaitu adanya wind barrier berupa tanaman pematah angin seperti cemara udang dan cemara laut,” kata Yusuf, Jum’at (6/8/2021).
Dia menyebut dalam upaya mitigasi di sekitar pesisir memang sebaiknya masyarakat harus peduli untuk menjaga kelestarian alam, sebagaimana yang telah dilakukan oleh warga pesisir di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran.
“Dalam upaya meminimalisir peristiwa alam yang disebabkan oleh laut seperti tsunami atau abrasi, masyarakat telah melakukan penanaman cemara udang di pesisir pantai. Ini patut dicontoh,” terang Yusuf.
Sementara itu Plt. Kepala Pelaksana BPBD Banyuwangi, Abdul Kadir menambahkan, terkait dengan mitigasi bencana, pemerintah sudah melakukan pemasangan alat pendeteksi gelombang yang berada di kawasan Grajakan, Pulau Merah dan Rajekwesi.
“Dan kita sudah melatih masyarakat melalui destana atau desa tanggap bencana. Jadi setiap desa yang sudah dipasang alat itu sudah ada relawan yang kita latih,” ungkap Kadir.
Semua itu dilakukan untuk meminimalisir angka korban jiwa jika memang sewaktu-waktu terjadi bencana alam. ( Ikhwan/Her)