Sluku – Sluku Bathok Menggema di Makkah, Ada Sosok Ulama Saudi Sayyid Ahmad

BANYUWANGIHITS.ID – Syair Sluku-Sluku Bathok karya Sunan Kalijaga memecah suasana pengajian Kitab Tafsir yang diikuti para santri Doktor Sayyid Ahmad.
Lagu yang jamak terdengar saat dolanan semasa kecil ini memberi nuansa berbeda kerena dilantukan di tengah proses belajar santri di Kota Makkah.
Sluku – Sluku Bathok itu berkumandang dari kediaman berpagar tembok putih di jalan Al Maliki Rusayfah Makkah Arab Saudi tak jauh dari Gedung Kementerian Pendidikan Arab Saudi nampak sepi.
Sayyid Ahmad Bin Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani hadir di ruangan berukuran 15×7 meter itu. Kajian tafsir karya Muhammad Ali Asshabuni, Shafwatut Tafaasir, dimulai. Ada dua kitab yang dibaca hari itu.
Setelah tafsir, kajian dilanjutkan dengan kitab Ihya Ulumuddin. Sejenak sebelum dimulai kajian kitab yang kedua, salah satu santri asal Kota Gudeg Yogyakarta melantukan tembang Jawa karya Sunan Kalijaga, Sluku-Sluku Bathok.
Tembang Jawa berjudul Sluku-Sluku Bathok ini dilantunkan Muhammad Badri dengan apik, dipadupadankan dengan selawat nabi. Suara Badri sangat bening, menambah syahdu suasana rungan berpendingin dan penuh aroma Oud Arabian itu.
Sluku-Sluku Bathok merupakan tembang Jawa yang cukup terkenal. Sesuai namanya, lagu dolanan anak ini kental dengan bahasa Jawa. Liriknya pun menyimpan banyak filosofi kehidupan masyarakat Jawa, khususnya Demak, dan juga ajaran Islam tentang pentingnya keseimbangan jiwa dan raga, batin dan lahir, rohani dan jasmani.
Abuya Sayyid Muhammad Alawy Almaliki Al Hasani merupakan ulama yang cukup disegani. Santrinya tersebar di seantero dunia. Mereka menjadi tokoh agama di negaranya masing-masing dan banyak juga yang mengasuh pesantren dengan ribuan santri.
Sayyid Muhamad Alawy termasuk ulama Saudi yang intens menjalin komunikasi dengan banyak ulama Indonesia, khususnya di Jawa. Salah satunya adalah guru dari guru penulis, yaitu KH Syafiq Naschan. Sayyid Muhammad juga pernah bertemu dengan KH Arwani Amin Kudus dan Mbah Hasan ‘Mangli’ Magelang.
Saat ini, rumah dan sekaligus ‘pesantren’ yang dulu diasuh Sayyid Muhammad itu diteruskan putranya, yaitu Sayyid Ahmad bin Sayyid Muhammad Alawi Al Almaliki Alhasani. Banyak santri Indonesia dan dari negara asia lainnya belajar di sana. Semuanya Gratis.
Aroma kayu gaharu yang dibakar semerbak memenuhi ruangan. Sesekali, Sayyid Ahmad meminta santrinya untuk mengoleskan minyak wangi khas Arabian Oud kepada peserta pengajian.
Kajian selesai, tiba waktunya berfoto. Saat mendapat giliran, penulis sodorkan foto Abuya Sayyid Muhammad yang sedang merangkul Mbah Mangli kepada Sayyid Ahmad.
“Subhanallah, Kiai, Kiai,” ujarnya.
Sayyid Ahmad nampak sangat kenal dengan sosok kiai asal desa Mangli Magelang.
“Jawi Jawi,” ujar Sayyid Ahmad kepada semua yang hadir.
Jawi itu merujuk pada orang-orang dari Asia yang datang ke Mekkah. Bisa juga, istilah itu merujuk kepada ulama-ulama besar dari Indonesia yang besar dan berpengaruh serta para santri dari tanah Jawa yang menuntut ilmu di Makkah.
Setidaknya, ada tiga ulama kelahiran Indonesia yang besar dan harum di Kota Suci karena pernah mendapat tempat untuk mengajar di Masjidil Haram. Ketiganya adalah Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, asal Minangkabau, Syekh Junaid Al Batawi, asal Jakarta, dan Syekh Nawawi Al Bantani, Al Jawi. (RED/YAT)