Tradisi Baritan Wonosobo: Kebersamaan dalam Kekhidmatan

Banyuwangihits.id – Suasana Dusun Komis Wetan, Wonosobo, Banyuwangi, terasa berbeda pada Minggu (21/7) malamkemarin. Selepas maghrib, masyarakat dusun berkumpul dengan penuh antusias untuk mengikuti kegiatan tradisi Baritan, sebuah ritual tahunan yang selalu dinantikan.
Kegiatan ini dimulai dengan pengumpulan masyarakat yang masing-masing membawa takir, sebuah wadah tradisional dari daun pisang yang berisi berbagai makanan. Kepala Desa Wonosobo, Imam Bobor, menyampaikan bahwa tradisi Baritan ini bukan hanya sebuah ritual semata, tetapi juga momen penting untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga.
“Tradisi Baritan ini sudah menjadi bagian dari identitas kita di Wonosobo. Setiap tahun, pada tanggal 15 Suro dalam penanggalan Jawa, kami berkumpul untuk berdoa bersama, bersholawat, dan bertahlil dipimpin oleh tokoh agama setempat. Ini adalah saat dimana kita bisa merasakan kebersamaan yang hakiki,” ujarnya.
Acara dimulai dengan lantunan doa-doa, sholawat, dan tahlil. Suasana terasa hikmat ketika semua warga, tua muda, laki-laki perempuan, khusyuk mengikuti rangkaian doa. Kehangatan kebersamaan semakin terasa ketika acara dilanjutkan dengan makan bersama di depan rumah masing-masing.
“Saat Baritan, kita tidak hanya berdoa dan makan bersama, tetapi juga saling berbagi cerita dan pengalaman. Ini adalah momen dimana tetangga yang jarang bertemu bisa berkumpul, berbincang, dan mengeratkan hubungan. Inilah esensi dari Baritan, memperkuat ikatan sosial dan spiritual,” Tambah Imam.
Tradisi Baritan di Wonosobo ini adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal dan nilai-nilai kebersamaan terus dipertahankan di tengah arus modernisasi. Dengan suasana yang hikmat dan penuh kehangatan, tradisi ini diharapkan terus lestari dan menjadi warisan budaya yang bisa dinikmati oleh generasi mendatang. (YOG/SUC)