Asal-Usul Banyuwangi Dilihat Dari Legenda (2)

BANYUWANGI, Banyuwangihits-Cikal Bakal nama kota Banyuwangi, selain mempunyai sejarah panjang di tanah ujung Timur Jawa ini, juga mempunyai legenda yang sangat melekat dihati masyarakat Banyuwangi. Bahkan cerita rakyat yang satu ini sangat populer dikalangan masyarakat Banyuwangi, maupun masyarakat Indonesia pada umumnya, cerita itu, adalah tentang legenda pangeren Sidopokso dan Putri Dewi Sri Tanjung.
Cerita tersebut, diyakini menjadi cikal bakal lahirnya kota Banyuwangi. Bahkan di Pendopo Sabaha Sawgata Blambangan, Banyuwangi, yang merupakan rumah dinas bupati Banyuwangi saat ini, terdapat sumur tua yang diberi nama Sumur Sri Tanjung. Konon sumur itu katanya sering kali airnya mengeluarkan bau yang harum, sehingga ada beberapa kalangan menyebutnya sumur itu merupakan tempat Pangeran Sidopokso membunuh Putri Sri Tanjung dengan tuduhan selingkuh. Karena Putri Sritanjung tidak bersalah akhirnya darah yang menetes berbau wangi.
Menurut Sejarawan Banyuwangi, Suhailik, cerita legenda Banyuwangi itu terbagi menjadi, 3. yaitu, Ceritan Sri Tanjung, berdasarkan kidung Sri Tanjung, cerita Dewi Surati dan Raden Banterang, dan cerita Serat Darmagandul.
Cerita Sri Tanjung Berdasarkan Kidung Sri Tanjung

Sejarawan Banyuwangi Suhalik mengatakan, jika dilihat dari cerita kidung Sri Tanjung, Pangeran Sidapaksa awalnya mengabdi kepada Raja Sulakrama, yang merupakan raja di Sinduraja. Pada Suatu ketika Sulakrama memerintahkan kepada Sidapaksa meminta obat kepada Begawan Tambapetra di desa Prangalas.
“ Di sana Sidapaksa jatuh hati dengan Sri Tanjung, yang merupakan cucu Begawan Tambapetra. Begawan Tambapetra akhirnya tidak memberikan obat kepada Sidapaksa namun menganjurkan agar raja bertanya kepada para bujangga tentang obat yang di inginkanya,”ujur Suhalik
Kata Suhailik, Pada waktu malam tiba ketika orang-orang semuanya pada tidur, sidapaksa membawa lari Sri Tanjung. Dan pada keesokan harinya ibu Sri Tanjung yaitu Sri Wani yang mengetahui bahwa Si Tanjung tidak ada, langsung menanyakan kepada ayahnya Begawan Tambapetra.
“Bengawan Tambapetra langsung mengatakan bahwa sebenarnya dia sudah tahu bahwa Sri Tanjung dibawa lari Sidapaksa. Ia juga mengatakan sebenarnya Sidapaksa masih cucunya juga,” tambah Suhailik
Prabu Sulakrama sangat iri menyaksikan Sidapaksa pulang ke kerajaan bukanya membawa obat, malah sebaliknya membawa istri nyang sangat cantik. Kemudian dia menyusun rencana untuk membunuh Sidapaksa dan merebut istrinya.
“Sehingga Sidapaksa disuru ke kayangan menyampaikan surat dan menagih hutang dewa berupa tiga batang emas dan tiga gulung benang. Sedangkan isi surat itu, adalah menyatakan bahwa Sidapaksa bermaksud mau menyerang kayangan, untuk itu diminta para dewa membunuh Sidapaksa,” kata penulis buku Lingkar Waktu ini.
Dengan pertolongan istrinya yaitu Sri Tanjung yang memberikanya selendang Antakusuma peninggalan ayahnya, maka Sidapaksa berhasil ke kayangan. Dan sepeninggal Sidapaksa ke kayangan, prabu Sulakrama bermaksud membujuk Sri Tanjung agar mau menjadi istrinya. Akan tetapi Sritanjung langsung menolaknya.
“Putri Sri Tanjung memilih tetap setia kepada suaminya Sidapaksa yang sedang diutus ke kayangan,”ujur Suhailik
Akhirnya kata Suhailik, Sidapaksa sudah sampai ke kayangan. Kemudian ia menyerahkan surat prabu Sulakrama kepada Dewa Indra. Dan para dewa langsung menyerang Sidapaksa, karena berdasarkan isi surat tersebut Sidapaksa mau menyerang kayangan.
“Terjadilah pertempuran yang sengit, dan para dewa kalah. Dan akhirnya Dewa Indra maju dan berhasil menangkap Sidapaksa. Kemudian Sidapkasa dihukum penggal kepala., Hanya saja ketika hendak dipenggal Sidapaksa selalu memamnggil orang tuanya yaitu, Sakula, Nakuloa serta para pandawa lainya. akhirnya diketahui bahwa Sidapaksa adalah keturunan pandawa dan kedatangnya bukan untuk menyerang kayangan,”tambah Suhailik
Setelah selesai tugasnya Sidapaksa kembali ke Siduraja sambil membawa tiga batang emas dan tiga gulung benang. Parabu Sulakrama kemudian menyambutnya sambil menyatakan bahwa Sri Tanjung berselingkuh denganya. Sidapaksa sangat percaya kepada keterangan Prabu Sulakrama, sehingga dia langsung pulang menjemput isigtrinya itu.
“ Sesampainya di Kepatihan, Sri Tanjung dibawa ke kuburan Gandamayu dan ditusuk. Sebelum ajal, Sri Tanjung berpesan, apabila bau darahnya harum maka dia tidak bersalah. Dan ternyata bauh darah Sri Tanjung harum,”ujur Suhailik
Kata Suhalik, harumnya bau darah Sri Tanjung menandakan bahwa dia tidak bersalah. Sehingga Sidapaksa menjadi sangat menyesal, Sehingga menjadi gila.
Cerita Dewi Surati dan Raden Banterang

Menurut Suhailik, dikisahkan Raden Banterang Adalah seorang putra raja di ujung Timur Pulau Jawa. Ia diharapkan ayahnya untuk nantinya mengantikan menjadi raja., Raden Banterang seorang putra mahkota yang tanpan dan sangat dicintai rakyatnya. Akan tetapi ia memiliki kekurangan, yaitu pemarah, dan tidak tenang, sehingga sering merugikan dirinya sendiri.
Pada suatu hari Raden Banterang berburu ke hutan, disana dia terpisah dengan para pengawalnya. Di sebuah anak sungai Raden Banterang berjumpa dengan seorang gadis yang sangat cantik. Gadis tersebut adalah Dewi Surati, Putri raja klungkung di Bali.
“ Dewi surati itu melarikan diri dari kerajaanya karena kerajaan Klungkung Bali diserbu dan ayahnya gugur dimendan perang. Dan ternyata yang menyerbu Kerajaan Klungkung itu ayahnya Raden Banterang,” ujur Suhailik
Mendengar cerita Dewi Surati, Raden Banterang, menjadi hibah dan kasihan kepada putri raja Klungkung itu. Pada akhirnya Raden Banterang jatuh hati kepada Dewi Suarti. kemudian Dewi Surati dibawa ke kerajaanya oleh Raden Banterang.
“Akhirnya mereka dikawinkan dan menjalani kehidupan sebagai suamai istri yang rukun,’tambah Suhailik.
Pada suatu hari ketika Dwi Surati jalan-jalan di luar gerbang istana, ia berjumpa dengan seorang pengemis yang pakainya compang-camping. Ia ternyata adalah Raden Surata, kaka Dewi Surati yang tengah menyamar. Raden surata masih dendam yang sangat mendalam Sehingga masih terus berusaha membalas dendamkan kematian ayahnya.
“Sehingga Raden Surata meminta bantuan kepada adiknya Dewi Surati untuk membunuh raden banterang dan ayahandanya. karena ayah Raden Banterang yang menyerbu Kerjaan Klungkung. Sehingga raja klungkung gugur pada pertempuran itu,”ujur Suhailik
Namun Dewi Surati menolak permintaan kakaknya itu, karena dia beralasan suaminya Raden Banterang sangat baik kepada dirinya. Raden Surata sangat kesal atas penolakan itu, sehingga dia mengancam akan membalas penolakan Dewi Surati itu, karena Raden Surata menggap Dewi Surati menghianati ayahnya.
Pada suatu hari Raden Banterang tengah berburu di hutan. ketika tengah berburu ia dijumpai seorang pengemis yang berpakain compang-camping. Dia ternyata Raden Surata yang sedang menyamar lagi untuk misi balas dendam.
“Di hutan itu, lalu dia mengatakan kepada Raden Banterang bahwa dia melihat istri Raden Banterang, yaitu Dewi Surati menemui seorang laki-laki. Padahal laki-laki tersebut dirirnya sendiri yang merupakan kaka Dewi Surati yaitu Raden Surata. Menurut pengemis itu, keduanya telah bersepakat bahwa akan merencanakan pembunuhan Raden Banterang dan ayahnya karan telah menyerbu kerajaan Klungkung dan membunuh rajanya,” kata Suhailik
Pengemis itu, juga mengatakan bahwa sebagai bukti kebenaran laporanya maka dibawah tempat tidur Raden Banterang akan ditemukan ikat kepala dan pisau milik laki- laki putra Raja Klungkung tersebut. Dan sesampainya di istana maka Raden Banterang segera mencari dan menemukan ikat kepala dan pisau dibawah tempat tidurnya.
“Raden Banterang menjadi marah dan menuduh Dewi Surati merencanakan pembunuhan terhadap dirinya dan ayahnya. Tapi Dewi Surati menolak tuduhan itu,” ujur Suhailik
Kemudian Raden Banterang mengajak Dewi Surati ke tepi laut dekat sungai untuk dibunuhnya. Kemudian Dewi Surati mengatakan jika setelah dia dibunuh dan air sungai itu kemudian berbau wangi maka tuduhan suaminya tidak benar.
“Sebelum Raden Banterang menusuknya, Dewi Surati terlebih dahulu menyeburkan ke suangi dan tidak lama kemudian Raden Banterang mencium bau yang sangat wangi kemudian Raden Banterang berteriak dengan penuh penyelsalan BANYUWANGI.. BANYUWANGI.. BANYUWANGI.. Seiring dengan itu Raden Surata yang berada di sebrang sungai menerikan hal yang sama.
Cerita Serat Darmagandul
Menurut Sejarawan Banyuwangi, Suhailik, dalam cerita Serat Darmagandhul terjadinya penamaan Banyuwangi, berkaitan dengan cerita pengislaman Perabu Brawijaya oleh Sunan Kalijaga. Setelah kerajaan Majapahit diserbu oleh para wali dan pasukan Demak, maka Prabu Brawijaya yang tidak mau menghadapi putranya, yaitu Raden patah kemudian meloloskan diri meningalkan istana.
“Perjalanan Prabu Brawijaya sampai di Blambangan, sebab Prabu Brawijaya bermaksud menyebrang ke Bali,” ujur Suhailik.
Sementara itu, Raden Patah sesampainya di Ngampeldenta, oleh nyai Ngampeldenta ditunjukan sejumlah kesalahan yang diperbuatanya, karena penyerbuanya ke Majapahit. Sehingga Raden Patah dianjurkan mengutus sahabatnya untuk memohon kembali Prabu Brawijaya kembali ke Majapahit.
“Sunan Kalijaga yang diutus Raden Patah menyusul Prabu Brawijaya. lalu Sunan Kaligaja dan sahabatnya berhasil menyusul Prabu Brawijaya di Blambangan, sebelum dia menyebrang ke Bali,”kata Suhailik
Pada Waktu itu, Sunan Kaligaja mengatakan, bahwa dirinya diutus oleh raden patah untuk mencari dan meminta Prabu Brawijaya kembali ke Istana Majapahit. Awalnya Prabu Brawijaya tidak mempercayai kata-kata Sunan Kalijaga itu. Namun setelah memperlihatkan kesungguhanya, barulah Parabu Brawijaya mempercayai kata-kata Sunan Kalijaga tersebut.
“Prabu Brawijaya akhirnya mau kembali ke istana, karena disamping itu, Sunan Kalijaga menerangkan bahwa Sulatan Demak tidak akan sewenang- wenang lagi, apabila Prabu Brawijaya bersedia memeluk agama islam,” tambah Suhailik
Kemudian Prabu Brawijaya tertarik dengan apa yang diakatakan oleh Sunan Kalijaga, dan dia bermaksud mau memeluk agama islam. Lalu Sunan Kalijaga berkata, sebagai pertada memeluk agama islam, rambut Prabu Brawijaya harus dipangkas.
“Tapi pada waktu rambut Prabu Brawijaya pada saat dipangkas ternyata tidak mempan. Itu pertada meski Prabu Brawijaya sudah menyatakan memeluk islam, akan tetapi batinya belum sepeunuhnya mau memeluk islam,”kata Suhailik
Dan setelah Prabu Brawijaya menyatakan kesdianya secara lahir dan batin memeluk agama islam, maka barulah rambut Prabu Brawijaya bisa dipangkas. Setelah Parbu Brawijaya masuk agama islam, maka ia kemudian mengajak pembantunya yakni, Sabdopalon untuk mengikuti jejaknya.
“Akan tetapi pada waktu itu Sabdopalon menolaknya, bahkan dia marah dan kecewa kepada Prabu Brawijaya. Sabdopalon menjabarkan secara panjang keutamakan agama Buda (Budi) yaitu agama jawa yang telah dianut turun temurun oleh orang jawa,”ujurnya
Kemudian terjadilah perdebatan yang sangat sengit antara Prabu Brawijaya dan Sabdopalon tentang keyakinanya. Menurut Sabdopalon, agama yang ada di jawa lebih cocok untuk orang jawa. Sabdopalon sangat menyesalkan Prabu Brawijaya mau masuk agama islam.
“Namun Sabdopalon mengerti bahwa itu merupakan takdir tuhan. Sehingga Prabu Brawijaya tidak kuasa melawan bantahan Sabdopalon yang menamakan dirinya sebagai semar,”ujur suhailik.
Pada saat itu, Sunan Kalijaga menyaksikan perdebatan tersebut dan berusaha untuk membantu Prabu Brawijaya. Ia ingin membuktikan tentang kebaikan agama islam yang dibawa oleh Rosulullah dengan membuat tanda.
“Tanda yang dibuat Sunan Kalijaga itu, berupa air didalam kolam, Apabila air yang ada didalam kolam itu berbau wangi maka agama islam itu adalah agama yang baik,”ujur Suhailik.
Meskipun Sunan Kalijaga telah meyakinkan akan kebenaran agama islam, akan tetapi Prabu Brawijaya sangat menyesal masuk agama islam. Sabdopalon pun menyarankan bahwa Prabu Brawijaya tetap memeluk agama islam karena hal itu sudah menjadi takdir hidupnya. Namun sebaliknya Prabu Brawijaya harus merelakan Sabdopalon pergi dan tidak lagi mendapinginya.
Putri Sir Tanjung Hidup Lagi.

Kisah legenda asal –usul kota Banyuwangi, yaitu Putri Sritanjung dan Pangeran Sidapaksa cukup tersohor di Banyuwangi. Namun sebagian besar kisahnya hanya sampai pada kematian Sri Tanjung yang dibunuh suaminya Sidapaksa saja. Akan tetapi Budayawan Banyuwangi Aekanu Hariyanto beberapa bulan yang lalu telah menulis buku yang mengisahkan Sri Tanjung hidup kembali.
Menurut Aekanu, Hidupnya kembali Sri Tanjung untuk membalas keangkuhan Raja Sindureja, yaitu Prabu Sulahkrama. Menurut Aekanu, Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh Batari Durga atau Batari Umah.
“Sri Tanjung Diruwat disucikan dan terbebaskan dari kutukan oleh Sadewah ayah Sri Tanjung. Karena Nyawa Sri Tanjung belum waktunya meninggal,”ujur Aekanu.
Sri Tanjung kemudian diberi bunga wewangian, dimandikan, dibedaki dan disuru makan sari bunga yang membuatnya semakin cantik dan dikasihi oleh semua mahluk hidup. Kemudian Sri Tanjung dianugerahi sebuah jimat yang bernama mustika wadon yang membuatnya bisa menghidupkan orang mati.
“Pengambaran air dan Sri Tanjung di realif candi maupun naskah kuno berhubungan langsung dengan pensucian tolak bala atau ruwatan. Air itu sangat berperan sebagai simbul penyucian atau amarta maupun simbolisme tirta yang berarti perjalanan dari tahap rendah ke tahap yang lebih tinggi,”tambah Aekanu
Pada akhir ceritanya, dari atas langit Batari umah tidak tega melihat nasib Sidapaksa yang menjadi gila karena kecerobohanya sendiri yang mudah percaya pada hasutan orang lain. Dengan perlahan sang Batari mendekati Sidapaksa dan mencoba untuk menolongnya. Batari Umah meletakan tangan kananya di atas kepala Sidapaksa untuk menyembuhkanya sehingga perlahan Sidapaksa sembuh kembali menjadi normal.
“Setalah sadar Sidapaksa kemudian diminta untuk minta maaf kepada Sri Tanjung. Namun Sri Tanjung mau memaafkan kembali suaminya dengan syarat Sidapaksa harus membunuh Prabu Sulakrama, dengan kesaktian yang dimikinya Sidapksa akhirnya mampu membunuh Prabu Sulahkrama. Setelah Sulahkrama meninggal dunia Sidapaksa mengantikan Prabu Sulahkrama menjadi Raja Sidureja,”ujur Aekanu Hariyanto
Cerita Legenda Sri Tanjung ini ternyata terukir pada banyak candi di Pulau Jawa. Kisa Sri Tanjung ditemukan pada masa candi Majapahit. Aekanu mengatakan, cerita Sri Tanjung ini diantaranya ada di Candi Jabung Probolinggo, Candi Surowono Pare Keiri, Candi Penataran Blitar, Candi Bajangratu Mojokerto, Candi Tegowangi Kediri dan Candi Sukuh Karanganyar Jawa Tengah.
“ Saya melihat langsung jejak Sri Tanjung di beberapa candi Jawa, karena saya melakukan penelitian ini sekitar 15 tahun, dan di candi yang saya kunjungi itu ternyata semuanya ada relief Sri Tanjung,”ujur Aekanu.
Kata Aekanu dirinya mempelajari relief yang berkisah tentang Sri Tanjung ini pada dinding-dinding candi yang ada. “Beberapa candi yang berhubungan dengan Sri Tanjung sudah saya datangi dan ceritanya sama yaitu berkisah tentang kesetian istri kepada suminya atau bisa disebut cinta sejati,” pungkas Aekanu Hariyanto.
Cerita Sri Tanjung lebih Terkenal
Dari sejumlah cerita rakyat tentang asal –usul Banyuwangi ini, mulai cerita kidung Sri Tanjung, Cerita Dewi Surati dan Raja Banterang hingga cerita Serat Darmagandu, yang paling populer di masyarakat Banyuwangi yaitu ceirta tentang Sri Tanjung.
Menurut Penulis Buku Lontar Sri Tanjung, Anasrullah, cerita Sri Tanjung dan Sidapaksa lebih poluler, karena ceritanya sangat menarik dan menyentuh. Sehingga masyarakat Banyuwangi khsususnya mau membaca atau sekedar mendengarkan kisah itu.
“Tidak hanya orang Banyuwangi, Masyarakat dari luar kota saja banyak yang tahu cerita Sri Tanjung, itu karena ceritanya yang menyentuh dihati masyarakat. Meski kebanyakan ceirta yang berkembang kisah putri Sri tanjung dan Sidapaksa hanya tamat atau berhenti pada waktu Sidapaksa membunuh Sri Tanjung dan keluar bau yang wangi saja. padahal dalam lontar Sri Tanjung pun mengisahkan Sri Tanjung hidup lagi,’ujur Anasrulllah.
Hal yang sama diutarakan oleh Kordinator Divisi Informasi dan Komunikasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kabupaten Banyuwangi, Akabar Wiyana. Kata dia populernya legenda putri Sri tanjung ini, karenah kisahnya yang sangat menarik. Sehingga meski kalangan milenialpun masih tertarik untuk mendengarkan kisah itu.
“Mungkin siapapun yang mendengar atau membaca kisah putri Sri Tanjung ini akan tertegun ya. Karena kisahnya penu makna dan pesan yang penting dalam kehidupan kita. Seperti kita menjalani hidup di dunia ini jangan sampai mudah percaya kepada hasutan orang, sebab jika muda percaya akibatnya sangat fatal seperti Sidapaksa yang percaya hasutan raja Sinduraja yang akhirnya membuh istrinya sendiri yaitu Sri Tanjung padahal dia tidak bersalah,” ujur Akbar.
Akabar mengatakan, selain legenda Sri Tanjung yang cukup menarik, sejarah kerjaan Blambangan juga tidak kalah menariknya. Dia berharap anak muda saat ini, mau mempelajari sejarah kerjaan Blambangan yang dimpin oleh Pangeran Tawang Alaun yang merupakan cikal bakal berdirinya Kabupaten Banyuwangi. (Hermawan)