Tutup Iklan X

Langkah Besar Nur Ahmadi Untuk Dusun Terpecil di Banyuwangi

RA Raudatul Atfal, Sekolah Pertama di Dusun Pancoran Atas Yang Didirikan Oleh Nur Ahmadi. (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)
RA Raudatul Atfal, Sekolah Pertama di Dusun Pancoran Atas Yang Didirikan Oleh Nur Ahmadi. (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)

BANYUWANGI,  Banyuwangihits-Pagi itu, saya berkesempatan mengunjungi Dusun Pancoran Atas, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Didusun yang terletak di deretan Gunung Remu, saya  menemui seseorang yang berhasil  menyadarkan warga untuk melek pendidikan dan mengajak warga bangkit dari keterpurukan kemiskinan.

Untuk menuju Dusun Pancoran atas ini,  saya harus menempuh jarak kurang lebih 15 kilometer dari pusat kota Banyuwangi. Cuaca yang cukup cerah mengiringi perjalankau menuju dusun yang mempunyai tanjakan jalan hingga 45 drajad tersebut.

Jalan setapak dan terjal tidak menyurutkan saya untuk bertemu Nur Ahmadi dan  melihat segela bentuk aktifitas yang ia lakukan bersama warga sekitar di lingkunganya.

Setelah menempu perjalanan sekitar 45 menit akhirnya, saya sampai di Dusun Pancoran Atas.  Setiba di lokasi, perjuangan saya menuju dusun Pancoran terbayar dengan pemandangan  yang indah, cuaca yang sejuk dan keramahan warganya. Saya langsung disambut sosok Nur Ahmadi  bersama sejumlah warga yang sudah menunggu.

Saya langsung diajak Nur Ahmadi menuju  ke sebuah tempat  yang tidak jauh dari rumahnya. Di tempat itu berjejer bangunan 4 gedung yang tidak terlalu besar. Gedung itu merupakan  gedung sekolah Raudhatul Atfal  (RA)  AL –Firduas  yang dididrikan oleh Nur Ahmadi.

Menariknya  gedung sekolah RA itu merupakan satu-satunya gedung sekolah yang berada di Dusun yang dihuni 1200 kepala keluarga (KK) tersebut.

Sehingga jika warga setempat ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi, harus  melanjutkan sekolah di Desa Ketapang yang jaraknya sekitar 5 kilometer dari Dusun Pancoran Atas.

Alasan itulah kenapa  di Dusun Pancoran  tingkat pendidikan masyarakatnya sangat rendah, manyoritas warga disana hanya tamatan sekolah dasar (SD), bahkan tidak sedikit pula yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali.

Melihat kondisi tersebut Nur Ahmadi yang juga hanya  tamat sampai SD bertekat mengajak masyarakat Dusun Pancoran Atas , merdeka dari Pendidikan. Dengan bermodal nekat pada tahun 2013 lalu dia, dengan dibantu sejumlah warga mulai  mendirikan sekolah  yang diawali dengan sekolah Raudlatul Atfal  (RA) . Dia menyewah sebuah rumah untuk membuka RA pertama dan satu-satunya di Dusun Pancoran Atas tersebut.

“Tujuan saya sederhana, saya tidak ingin  pemuda yang ada di Dusun Pancoran Atas ini yang merupakan generasi penerus jangan sampai putus sekolah, dan buta aksara. Makanya saya di bantu sejumlah masyarakat di sini bertekat mendirikan taman pendidikan. Saya sengaja mengawalnya dari RA dulu yang merupakan jenjang awal anak mengenal dunia pendidikan,”ujur Nur Ahmadi

Kata Nur Ahmadi, pada awal mendirikan RA,  masyarakat sekitar Dusun Pancoran Atas, sempat tidak menghiraukanya. Bahkan ada yang menggap  pendidikan  RA  yang juga setara dengan Taman Kanak-kanak itu, ilegal dan tidak mempunyai izin. Sehingga, warga takut nantinya sekolah tersebut tidak diakui dan tidak bisa digunakan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.

“Awal RA AL-Firdaus ini berdiri masyarakat di sini langsung mengecap bahwa sekolah ini ilegal, karena tidak mempunyai izin. Akhirnya hampir tidak mempunyai murid. Bahkan dua tahun berjalan hanya 5 anak yang mau bersekolah RA AL-Firdaus ini,”katanya

“Padahal kita sudah mengrusi izin ke Kantor Kementerian Agama, hanya masih dalam proses, kan kita tahu sendiri prosesnya cukup lama. Tapi saya menyadari bahwa ini merupakan proses yang saya harus lalui untuk meyakinkan masyarakat di dusun saya ini,”tambah Nur Ahmadi.

Di tahun ke dua, berdirinya RA AL- Firdaius,  Nur Ahmadi berinisiatif juga mendirikan yayasan dan diberi nama Yayasan Nurul Hikmah.  Dia berkeinginanan kedepanya  sekolah yang berada di Dusun Pancoran  tidak hanya RA, akan tetapi  hingga ke jenjang SMA  atau Madrasah Alayah nantinya, mengingat letak geografis Dusun Pancoran atas yang ada di atas bukit dan aksesnya yang jauh dari pusat kota.

“ Akhirnya saya bersama sejumlah relawan di sekolah berfikir harus mendirikan Yayasan. Selain membuktikan bahwa pendidikan yang saya rintis tidak  ilegal, saya juga mempunyai cita- cita lebih lanjut agar  di dusun saya ini juga ada sekolah tingkat lanjutan, sehingga warga di sini menyekolahkan anaknya tidak harus turun  jauh ke Desa Ketapang, bahkan sekolah ke kota sana. Karena pendidikan dimana saja sama,”kata Nur Ahmadi.

Yayasan Nurul Hikmah yang didirkan Nur Ahmadi, mempunyai kewenangan untuk pendirikan pendidikan mulai tingkat RA hingga ke perguruan tinggi. Sehingga kata Nur Ahmadi, dia mempunyai cita- cinta  mendirikan sekolah tingkat SD atau MI, SMP dan SMA.

“ Bahkan Suatu saat nanti entah kapan saya ingin di sini (Pancoran Atas) ada perguruan tinggi yang dibangun, tidak apa- apa kan bercita- cita tinggi? ,”cetus Nur Ahmadi sembari tertawa

Perjuangan Nur Ahmadi, untuk mewujudkan dunia pendidikan yang layak, tidak hanya berhenti di Dusun Pancoran Barat saja, akan tetapi pada tahun 2017 lalu, dia juga berhasil mendirikan, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sahabat Kecil, di Dusun Gunung Remuk dan RA AL-Firdaus 2 di Dusun Wangkal.

“Alhamdulillah setelah kita berhasil meyakinkan masyarakat bahwa tempat pendidikan yang kita bangun tidak ilegal, kita bisa mendirikan tempat pendidikan yang sama di  Dusun lain yang berdekatan dengan dusun kami.  Dengan harapan semua warga  pinggiran kota Banyuwangi ini bisa mendapatkan pendidikan sejak dini,”ujur Nur Ahmadi

Perlahan, masyarakat Dusun Pancoran Atas, mulai menerima dan mempercayai bahwa RA AL-Firdaus adalah lembaga pendidikan  yang legal dan sah. itu terbukti lambat tahun, siswa yang masuk ke sekolah rintisan Nur Ahmadi semakin banyak.

“ Sekarang yang bersekolah ditempat kami sudah  ada 50 siswa itu sudah sangat bagus daripada awal kita merintis dulu. Memang untuk meyakinkan masyarakat itu harus  butuh  bukti yang nyata,” kata Nur Ahmadi

Untuk tenaga pengajar di RA AL-Firduas tersebut ada 3 orang,  Mereka merupakan warga Sekitar Dusun Pancoran Atas yang mempunyai ijazah SMA, jenjang pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat pada umumnya. Meski hanya dibayar Rp. 150.000 per bulanya,kata Nur Ahmadi, mereka dengan semangat dan ihlas mengajar  peserta didik setiap harinya.

“Mereka bekerja penuh semangat dan ihlas, mungkin kalau orang lain tidak mau dibayar segitu yang jauh dari kata layak, tapi karena tekat untuk memberantas buta aksara sangat kuat, mereka menerimnaya dengan ihlas,”kata Nur Ahmadi.

Menariknya di RA AL-Firduas ini selain siswa yang mendapatkan pelajaran. orang tua murid atau wali murid juga dibekali pendidikan parenting. Untuk memberikan materi parenting ini, Nur Ahamadi mengandeng relawan literasi dari Rumah Literasi Indonesia (RLI) Banyuwangi.

“ Setiap akhir pekanya para relawan dari RLI datang ke sini untuk memberikan pelajaran parenting kepada ibuk- ibu di sini. Kami berharap dengan adanya pendidikan parenting ini, ibu- ibu wali murid semakin tau cara mendidik anak yang baik dan benar,” Ujur  Nur Ahamadi.

Sementara itu, salah satu wali murid  RA AL-Firduas, Nurul Hikma mengaku, awalnya ragu menyekolahkan anaknya di sekolah yang di dirikan Nur Ahmadi tersebut. Sebab kata dia, awal berdirinya, tidak seperti sekolah pada umumnya, karena proses pembelajaranya  yang dipakai rumah warga.

“ Jujur saya awal ragu dengan sekolah yang di dirikan pak Nur Ahmadi ini ya, karena proses pembelajarnya seperti ada di rumah gitu. Jadi timbul tanda tanya dalam hati saya apakah ini sekolah beneran ini? Jangan-jangan ilegal ini. Wajar dong saya bertanya gitu, karena  biar bagaimanapun saya pengen anak saya sekolah yang baik agar tidak bodoh seperti saya,”ujur Hikma warga Dusun Pancoran Atas yang hanya mengenyam pendidikan tingkat SD.

Namun keraguan Hikma itu, terbayar lunas, ketika  pada tahun  2018 lalu, gedung sekolah mulai dibangun setelah mendapatkan bantuan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesanan,setelah selama 4 tahun   proses pembelajaran  dilakukan di rumah warga yang disewa Nur Ahmadi.

“Terus terang saya baru mantab dan percaya bahwa sekolah yang di dirikan pak Nur Ahamadi itu resmi atau legal pada saat pembangunan sekolah itu. Apalagi terus wali murid juga diberi bekal pendidikan tentang anak, jadi saya semakin yakin untuk menyekolahkan anak saya di RA AL-Firdaus ini. Saya berharap  selain sekolah tingkat RA ada sekolah tingkat lanjutan lagi, sehingga tidak harus ke Ketapang saya menyekolahan anak,” ujur Nur Hikmah

Pemerhati pendidikan dari Rumah Literasi Indonesia (RLI) Banyuwangi, Tunggul Harwanto mengatakan, Perjuangan yang dilakukan oleh Nur Ahmadi sangat diperlukan di daerah pedesaan terutama pedesaan pelosok seperti di Dusun Pancoran Atas ini. Sebab di daerah itu, strata pendidikanya sangat rendah.

“Apa yang dilakukan pak Nur Ahmadi ini sangat luar biasa. Bayangkan dia sendiri hanya tamatan SD, tapi dia sadar bahkan melek pendidikan dan berpikir jauh  untuk dusunya agar tidak  menjadi daerah yang tertinggal,”kata Tunggul Harwanto

Kata Tunggul, berdasarkan data yang yang ada, di Dusun Pancoran Atas , dari  1200 KK, 80 persen warganya hanya mengenyam pendidikan SD, 10 persen SMP, 9 Persen SMA dan hanya 1 persen yang melanjutkan hingga ke jenjang perguruan tinggi.  Sehingga kehadiran lembaga pendidikan di daerah tersebut sangat dibutuhkan.

“Hingga tahun 2020 ini, masih 80 persen warga dusun pancoran Atas itu pendidikanya hanya sampai di sekolah dasar. Sehingga jangan heran daerah ini menjadi salah satu daerah tertinggal. Namun kehadiran Pak Nur Ahmadi  ini membawa angin segar bagi warga sekitar terutama di dunia pendidikan,”tambah Tunggul

Tunggul Hargwanto berharap, pemerintah desa maupun kabupaten ikut berperan untuk memajukan dunia pendidikan di Dusun Pancoran Atas ini, agar strata pendidikan di daerah tersebut bisa sejajar dengan daerah lainya di Desa Ketapang, Banyuwangi.

Nur Ahmadi  Ajak Warga Kembangkan Ternak

Selain Bergerak di Bidang Pendidikan, Nur Ahmadi Juga Mengajak Warga Untuk membuat Kerajian dan Sdotan Dari Bambu Berkualitas Ekspor. (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)
Selain Bergerak di Bidang Pendidikan, Nur Ahmadi Juga Mengajak Warga Untuk membuat Kerajian dan Sdotan Dari Bambu Berkualitas Ekspor. (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)

 

Selain mendirikan sekolah, Nur Ahmadi, juga mengajak warga Dusun Pancoran Atas untuk mengembangkan cara berternak. Agar lebih terorganisir Nur Ahamdi mendirikan Kelompok Ternak Pancoran Atas. Kelompok yang didirikan sejak tahun 2017 itu, saat ini sudah beranggotakan ratusan warga. Mereka merupakan warga sekitar yang menggeluti dunia peternakan .

Menurut Nur Ahmadi, semenjak adanya wadah kelompok ternak ini masyarakat Dusun Pancoran atas lebih memahami bagaimana cara  beternak yang baik dan mendapatkan hasil maksimal.

“Dulu masyarakat yang penting beternak merawat sapi kalau sudah besar dijual begitu saja. Padahal dibalik itu ada potensi yang bisa dimanfaatkan lagi, seperti kotoran ternak bisa digunakan pupuk kompos untuk memupuk tanaman di sawah maupun kebonya,” ujur Nur Ahmadi

Kata Nur Ahmadi, adanya Kelompk Ternak pancoran  Atas , masyarakat juga lebih pedulli dengan kesehatan hewan ternaknya, karena setiap bulan pihaknya berkonsultasi dengan Dinas Pertanian Banyuwangi, terkait cara beternak yang baik dan benar, sehingga menghasilkan ternak  yang berkualitas.

“Awalnya masyarakat di sini, tidak tahu menahu, bagaimana merawat hewan ternak. Yang penting mereka merawat ternak besar dijual gitu aja. Sehingga sering warga di sini setelah menjual ternaknya tidak bisa membeli hewan ternak lagi untuk dipelihara. Tapi dengan adanya kelompok ternak ini kita jadi tahu mana hewan ternak yang harus dijual dan harus dijadikan indukan untuk bibit. ,”ujur Nur Ahmadi.

Sebagian besar warga Dusun Pancoran Atas beternak Sapi dan kambing. Setiap warga bisa memelihara  3 sampai 5 ekor sapi. Sedangkan untuk kambingnya bisa mencapai 5 hingga 10 ekor.

“Dengan ternak  cara beternak yang baik ini, warga sekitar saat ini mulai merasakan hasilnya. Setiap mendekati bulan haji, selalu banyak orang dari penjuru Banyuwangi mencari hewan kurban ke sini. Selain musim haji, terkadang di bulan –bulan tertentu juga banyak yang mencari hewan baik untuk disembelih maupun dipelihara kembali. tapi meski dijual, setiap warga sudah mempunyai hewan yang dipelihara lagi,” kata Nur Ahmadi

Kata Nur Ahmadi, kedepan Kelompok Ternak Pancoran Atas, akan mengembangkan ternaknya , pada unggas, dengan tujuan agar banyak lagi warga sekitar yang tertarik untuk beternak .

Nur Ahmadi, Ajak Warga Produksi Sedotan Bambu Berkualitas Ekspor

Nur Ahmadi Menunjukan Hasil Kerajinan Tangan Yang Diproduski Dengan Memperdayakan Masyarakat sekitar Dusun Pancoran Atas. (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)
Nur Ahmadi Menunjukan Hasil Kerajinan Tangan Yang Diproduski Dengan Memperdayakan Masyarakat sekitar Dusun Pancoran Atas. (Foto: Hermawan Banyuwangi Hits)

Tidak hanya berhenti di usaha peternakan saja, Nur Ahmadi juga mengajak warga Dusun Pancoran Atas, memproduksi Sedotan  Bambu berkualitas ekspor.  Dia memberdayakan warga sekitar untuk membuat sedotan bambu. Selain sedotan dia juga memproduksi tas dari anyaman rotan.

Kata Nur Ahmadi, Produksi Sedotan bambu ini, dia produksi dengan melibatkan masyarakat sekitar. Karena produksinya memerlukan tahapan untuk menghasilkan kualitas yang baik. Dalam produksi sedotan bambu ini masyarakat sekitar dilibatkan dalam proses pemotongan ukuran sedotan, pengampelasan hingga pinising sedotan.

“Dalam produksi sedotan Bambu ini, kita melibatkan penuh masyarakat sekitar, tujuanya agar masyarakat mendapatkan penghasilan lebih. Terlebih lagi di musim pandemi covid-19 saat ini,”ujur Nur Ahmadi

Produksi sedotan Bambu Nur Ahmadi, mempunyai panjang 22 cm, sedangkan ukuranya berpariasi ada yang berukuran kecil ada juga yang ukuran besar tergantung permintaan pelanggan. Satu batang sedotan Nur Ahamdi menjualnya seharga Rp. 350.

“Kami menjualnya per batang Rp. 350, sedangkan panjangnya rata- rata 22 cm. Sedotan bambu ini, ramah lingkungan, karena bisa digunakan lagi, tidak sekali pakai seperti sedotan pada umumnya,”Ujur Nur Ahmadi

Nur Ahmadi mengatakan, Sedotan bambu yang dia produksi saat ini telah mampu menembus pasar ekspor ke sejumlah negara  diantaranya ke Negara Jepang dan Negara Jerman.  Namun dia mengakui masih belum bisa mengekspor sendiri. Saat ini ekspor sedotan bambu miliknya itu masih melalui buyer atau pembeli lainya.

“Produksi kita sudah ekspor ke berbagai negara, kemarin baru selesai pesanan 10 ribu picis sedotan bambu pesanan Jepang. Dan produksi itu kita lakukan dengan melibatkan masyarakat yang ada di Dusun Pancoran Atas, bahanya dari kita tinggal mereka mengerjakan sesuai arahan yang kita berikan,”tambah Nur Ahmadi

Selain dari Jepang, pihaknya saat ini juga mendapatkan pesanan lagi sedotan bambu dari Negara Jerman. Jumlahya mencapai 4 juta picis sedotan bambu. Nur Ahmadi, tetap akan melibatkan masyarakat dalam produksi 4 juta  picis sedotan bambu ini. Namun  yang lain, dalam produksi kali ini dia akan  melibatkan 30 persen pekerjanya dari kalangan penyandang disabilitas.

“Kami saat ini mendapatkan pesanan lagi dari Jerman 4 juta picis sedotan bambu, akan segera kita produksi. Untuk Produksi kali ini kita akan melibatkan teman-teman divabel, sehingga mereka terbantu untuk mendapatkan pekerjaan di musim pandemi covid-19 ini,”ujur NurAhmadi.

Sedangan untuk tas dari rotan, masih belum mampu tembus pasar ekspor. Namun meski begitu, pemeasanan tas cukup banyak, sehingga pihaknya terus memproduksinya bersama warga.

Salah satu warga Dusun Pancoran Atas yang juga sebagai pengerajin Sedotan Bambu, Atina mengangaku , sangat terbantu dengan adanya produksi sedotan yang dilakukan Nur Ahmadi ini. Sebab dia bisa bekerja membantu suaminya untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari.

“Saya suda ikut pak Nur Ahmadi sejak setahun ini, sehari itu saya bisa mendapatkan penghasilan Rp. 50.000. Alhamdulillah ada pendapatan tambahan, kalau untuk tasnya biasanya per minggu dapat  1 anyaman tas ya. Itu upahnya kadang Rp. 100.000. Tapi saya lebih banyak ikut buat sedotan bambu,”ujur Atina.

Nur Ahmadi bertekad, akan terus berbuat sesuatu yang berguna bagi masyarakat Dusun Pancoran Atas. Agar daerahnya tidak menjadi daerah yang terbelakang di jaman yang sudah modern saat ini. (Hermawan)


Berita Terkait

Tidak ada berita terkait yang ditemukan ...