Keris: Warisan “Magis” yang Harus Dilestarikan

Banyuwangihits.id – Tradisi jamasan pusaka bertajuk “Gelar Budaya Keris” adalah upaya pelestarian senjata peninggalan nenek moyang dari zaman kerajaan hingga kemerdekaan. Acara yang sering diadakan pada bulan Suro dalam kalender Jawa, juga berfungsi sebagai ajang edukasi bagi masyarakat untuk mengenal lebih dalam tentang makna dan sejarah keris.
Berbagai jenis pusaka nusantara ditampilkan dalam acara ini, termasuk keris, tombak (Jawa), celorak (Madura), rencong, badik (Sumatra), mandau (Kalimantan), golok (Jakarta), kawali, pantu (Sulawesi), kujang (Jawa Barat), wedhung, panambad (Bali), dan sampari (NTB). Acara berlangsung di pelinggihan kantor Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi dari Senin, 8 hingga Kamis, 11 Juli 2024.
Paguyuban Tosan Aji, sebagai penggagas acara ini, tidak hanya mengenalkan pusaka peninggalan tetapi juga menyertakan tradisi adat kejawen seperti jamasan pusaka, wayangan, dan kuliner jenang suro. Selain itu, tersedia konsultasi dan pengenalan terkait jenis pusaka dan pamornya.
Sebagai informasi, keris memiliki dua model bentuk yaitu lurus dan lekuk yang disebut Luk. Bagian besi yang tajam disebut bilah, ornamen pada besi adalah pamor, gagang disebut hulu, dan penutup keris adalah warangka. Istilah dalam bagian keris yang digunakan di seluruh nusantara berasal dari bahasa Jawa.
Gelar Budaya Keris diadakan bertepatan dengan bulan Suro, yang menjadi momentum penting dalam budaya Jawa. Kegiatan ini tidak hanya menampilkan jamasan keris tetapi juga menjadi ajang edukasi bagi masyarakat untuk mengenal sejarah pusaka nusantara. Keris telah diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 25 November 2005.
Ketua Paguyuban Pelestari Tosan Aji Blambangan, KRT H. Ilham T. Hadinagoro, menjelaskan bahwa keris bukan hanya senjata atau simbol kehidupan manusia di masa lalu, tetapi juga alat penyucian dari energi negatif menjadi positif.
“Pusaka adalah warisan budaya yang kaya dengan filosofi besar yang terkandung di dalamnya. Tujuan dari acara ini adalah melestarikan kearifan lokal yang sudah menjadi akar budaya dalam kehidupan masyarakat nusantara. Ujar Ilham saat diwawancara tim Banyuwangihits.id.
“Dengan adanya ruwatan tradisi kejawen ini, diharapkan generasi milenial memahami dan menghargai nilai budaya pusaka yang ada, terutama keris,” pungkas Ilham. (GAN/SUC)