Lapas Banyuwangi Kembangkan Program Pembuatan Tempe, Warga Binaan Didorong Jadi Wirausahawan Mandiri

BANYUWANGIHITS.ID – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuwangi kembali menghadirkan inovasi dalam program pembinaan warga binaan. Kali ini, mereka memperkenalkan pelatihan pembuatan tempe sebagai salah satu upaya meningkatkan kemandirian dan keterampilan warga binaan selama menjalani masa pidana.
Kepala Lapas Banyuwangi, I Wayan Nurasta Wibawa, menjelaskan bahwa program tersebut merupakan bentuk kolaborasi antara Lapas dengan pelaku usaha tempe di Banyuwangi yang telah berpengalaman di bidangnya. Melalui kerja sama ini, warga binaan memperoleh pelatihan langsung mengenai proses pembuatan tempe mulai dari pemilihan bahan baku hingga tahapan fermentasi.
“Kami ingin warga binaan benar-benar memahami proses produksinya secara menyeluruh, sehingga hasil yang mereka buat memiliki kualitas layak konsumsi bahkan bernilai jual,” ujar Wayan, Kamis (16/10).
Menurut Wayan, hasil dari tahap awal program cukup menggembirakan. Dalam waktu singkat, para peserta mampu memproduksi sekitar 20 kilogram tempe setiap hari. Produk tempe tersebut saat ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal, khususnya sebagai bahan utama dalam program pembinaan kuliner produksi gorengan.
“Untuk sementara, seluruh hasil produksi masih dimanfaatkan untuk kebutuhan dapur dan kegiatan pembinaan lainnya. Jadi, dari tempe hingga gorengan, semuanya hasil karya warga binaan,” tuturnya.
Program pembuatan tempe ini menjadi tambahan baru dalam daftar panjang kegiatan pembinaan di Lapas Banyuwangi, yang sebelumnya telah meliputi membatik, konveksi, dan berbagai kerajinan tangan. Pihak Lapas juga berencana memperluas kapasitas produksi agar dapat memenuhi kebutuhan bahan makanan di lingkungan Lapas.
“Kami menargetkan ke depan produksi tempe bisa mencapai skala lebih besar agar mampu mencukupi kebutuhan dapur warga binaan,” jelasnya.
Langkah tersebut, lanjut Wayan, merupakan bagian dari implementasi 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, terutama pada poin ketiga yang menekankan pentingnya pemberdayaan warga binaan melalui kegiatan produktif menuju pengembangan produk UMKM.
Ia menambahkan, pembinaan berbasis keterampilan seperti ini bukan hanya memberikan kegiatan positif selama masa pidana, tetapi juga membekali mereka dengan kemampuan wirausaha yang dapat dimanfaatkan setelah bebas nanti.
“Harapan kami, ketika mereka kembali ke masyarakat, keterampilan ini bisa menjadi modal untuk memulai usaha sendiri dan hidup mandiri,” pungkasnya. (Redaksi)