Tutup Iklan X

Mengapa Harga Pangan Melonjak? Tantangan Rantai Distribusi dan Upaya Stabilitas dari Perdagangan

Menghadapi lonjakan harga bahan pangan dan kebutuhan pokok, sektor perdagangan mengaku kesulitan melakukan intervensi langsung sampai ke tingkat petani dan konsumen akhir. Foto: Redaksi

BANYUWANGIHITS.ID – Menghadapi lonjakan harga bahan pangan dan kebutuhan pokok, sektor perdagangan mengaku kesulitan melakukan intervensi langsung sampai ke tingkat petani dan konsumen akhir. Sebab, rantai distribusi sangat kompleks dan melibatkan banyak pelaku dari petani, pengepul, hingga pedagang dan distributor.

Menurut pak Dimas selaku staf bidang perdagangan Kabupaten Banyuwangi, Ia menjelaskan bahwa pihaknya selama ini tetap berusaha lewat koordinasi antar stakeholder untuk menstabilkan harga komoditas pangan tertentu terutama komoditas pokok, yang disebut “suratku”.

Namun demikian, komoditas lain seperti cabai dan tomat disebut sulit dijangkau langsung oleh perdagangan. “Alur distribusinya sangat banyak pelaku usahanya yang terlipat juga banyak.” Contohnya, barang bisa datang dari Sumbawa atau Jember, bahkan melalui banyak jalur SPDC, sehingga kontrol harga menjadi sulit.

Ia menambahkan bahwa dari petani, sayuran umumnya dilewati bandapas atau tangkulat pihak yang mengumpulkan dan mengatur distribusi. “Tangkulat itu nanti memainkan peran. Mana yang cocok harganya, dia jual ke sana.” Artinya, ketika harga di Jakarta atau kota besar lebih tinggi, komoditas bisa dialihkan ke sana, sehingga daerah asal bisa kekurangan suplai.

Baca juga :  Banyuwangi Catat Prestasi, Dua Inovasi Masuk Finalis Kovablik 2025 Jatim

Pihak perdagangan mencatat harga melalui tiga sistem pemantauan di tingkat nasional lewat SP2KP di tingkat provinsi melalui SISKAPERBAPO dan di tingkat daerah melalui TPID, dengan 13 pasar dipantau oleh TPID, lima pasar oleh SISKAPERBAPO, dan satu pasar di kota besar sebagai sampel nasional oleh SP2KP.

Ditanya soal adanya potongan harga atau komisi di antara petani dan pedagang baik dalam bentuk persen ataupun retribusi staf perdagangan itu menjawab dengan tegas: “Nggak ada. Udah pure diambil sendiri, hasil mereka sendiri. Untung ruginya mereka yang tanggung.”

Dengan kondisi seperti ini diakui bahwa intervensi langsung untuk menstabilkan harga di semua tingkat rantai distribusi hampir mustahil. Upaya dari sektor perdagangan meskipun sudah dilakukan melalui koordinasi dan pemantauan dianggap hanya mampu berkontribusi sebagian, tanpa bisa menjamin kestabilan harga secara menyeluruh.

Walaupun sektor perdagangan berupaya keras lewat koordinasi, pemantauan, dan operasi pasar kenyataannya stabilitas harga pangan tidak cukup hanya diserahkan pada perdagangan. Untuk benar-benar menjamin harga terjangkau dan pasokan aman, perlu ada sinergi kuat antara pertanian (produksi), distribusi (logistik) dan kebijakan publik.

Baca juga :  Lapas Banyuwangi Fasilitasi Warga Binaan Hindu Rayakan Hari Raya Kuningan

Upaya stabilisasi harga harus melibatkan seluruh rantai dari petani, pengepul, distributor, hingga pedagang serta didukung data, monitoring, dan intervensi tepat seperti subsidi distribusi, operasi pasar murah, atau kerjasama antar-daerah.

Dengan demikian, masyarakat dapat menikmati harga lebih stabil, inflasi terkendali, dan ketahanan pangan yang lebih kuat. (Redaksi)