Lestarikan Budaya, Warga Desa Alasmalang Gelar Ritual Adat Kebo-keboan

Banyuwangihits.id – Masyarakat Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi menggelar Ritual Adat Kebo-keboan, Minggu (30/07/23).
Ritual tersebut dimulai pada Sabtu (29/07/23) sekitar pukul 20.00 WIB, masyarakat menanam pohon di tengah jalan.
“Dengan tujuan menunjukkan bahwasannya, pohon yang ditaman di tengan jalan itu hasil pertanian atau hasil dari bumi yang ada di Desa Alasmalang,” ujar Doni (30), salah satu panitia.
Selanjutnya, sekitar pukul 00.00 WIB, Pawang Kebo-keboan bernama Kik (kakek dalam Bahasa Osing) Ribut menaruh sesajen pada empat batu di empat penjuru desa, yakni batu loso, batu nogo, batu gajah, dan batu karang.
“Empat batu tersebut sebagai pagar daripada Dusun Krajan (salah satu dusun di Desa Alas Malang), ” terang Doni saat dijumpai Jurnalis Banyuwangihits.id.
Setelah itu, pada Minggu (30/07/23), sekitar pukul 09.30 WIB, Pawang Kebo-keboan memimpin doa ijab kabul. Usai memimpin doa, Kik Ribut menuju petaunan.
“Petaunan itu tempat berkumpulnya kerbau dan para pelaku ider bumi,” jelas pria yang juga merupakan keturunan Mbah Karti. Perlu diketahui, Mbah Karti adalah pelopor Adat Kebo-keboan di Desa Alas Malang.
Di petaunan, Kik Ribut melakukan meras kerbau dengan menggunakan pitung tawar. Doni menjelaskan, pitung tawar terbuat dari tepung beras, parutan kunir, dan daun delingu yang dihaluskan menjadi satu.
“Peras dilakukan supaya para pelaku ider bumi itu diberikan keselamatan dan kesehatan agar tidak terjadi apa-apa saat proses ider bumi berlangsung,” lanjutnya.
Ritual dilanjutkan dengan prosesi ider bumi yang dipimpin buldra sebagai pengatur jalannya acara.
“Untuk barisannya, dimulai dari barisan terdepan ada kerbau, dayang, Dewi Sri, dayang pengiring, putra-putri, kemudian bu tani, pak tani. Belakang pak tani ada hiburan, seperti barong, reog, dan sebagainya,” kata Doni.
Rute ider bumi dimulai dari arah utara, timur, dan selatan dengan memberi peras di setiap sudut desa. Selanjutnya, barisan ider bumi kembali di perempatan Dusun Krajan.
Sesampainya di perempatan, dilakukan prosesi nebar benih padi.
“Rangkaiannya yakni barisan kerbau jongkok berjejer, kemudian Dewi Sri turun dari kereta untuk memberikan bibit padi kepada pak tani,” ucap Doni.
Prosesi dilanjut dengan Dewi Sri mengusap kepala kerbau satu persatu.
Ritual Adat Kebo-keboan diakhiri dengan Pak Tani menanam bibit padi yang diberi Dewi Sri di sawah. Sebelumnya, sawah terlebih dahulu dibajak oleh kerbau.
Dalam kesempatan tersebut, pria yang merupakan pemuda Desa Alasmalang sekaligus keturunan Mbah Karti berharap agar Ritual Adat Kebo-keboan tetap lestari. Doni juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak meninggalkan Tradisi Kebo-keboan.
“Soalnya kalau meninggalkan itu ada konsekuensi nya,” pungkas Doni. (IND/PUT/VIN)