Dispertapang Banyuwangi Gunakan Burung Hantu sebagai Predator untuk Atasi Hama Tikus

Banyuwangihits.id – Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada komoditi padi, khususnya tikus, telah menjadi masalah serius di Banyuwangi. Selama periode Januari hingga Juni 2024, luas serangan tikus mencapai 28.491 hektar, menyebabkan kerusakan signifikan dan kehilangan hasil panen. Serangan ini mengakibatkan kegagalan panen terluas dibandingkan OPT lainnya, mencapai 506 hektar (data per 5 Juli 2024).
Untuk mengatasi masalah ini, Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertapang) Banyuwangi merawat dan membuat kandang burung hantu di area sawah. Kepala Dispertapang Banyuwangi, Drs. H. Arief Setiawan, melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan, Ida Larasati, menjelaskan bahwa serangan tikus di Banyuwangi mencapai 51,05 hektar. Tikus ini merusak tanaman dari persemaian hingga menjelang panen, terutama aktif pada malam hari.
“Burung hantu Tyto Alba adalah predator alami tikus yang efektif. Burung ini memiliki daya pendengaran dan penglihatan yang tajam, mampu mendengar suara tikus hingga 500 meter dan melihat jelas dalam gelap,” kata Ida.
Selain ramah lingkungan, burung hantu tidak memerlukan banyak biaya dan tenaga, serta meningkatkan efisiensi waktu petani.
Dispertapang Banyuwangi telah melakukan pemasangan 44 Rubuha (Rumah Burung Hantu) dan berencana menambah 80 unit lagi secara bertahap.
“Pengendalian tikus harus dilaksanakan bersama-sama dalam hamparan yang luas dan secara berkelanjutan,” pungkas Ida. (GAN/SUC)